Rabu, 16 Maret 2011

Kurikulum Pembelajaran Di HMI (Makalah SC di 2009)

BAB I
PENDAHULUAN

  1. LANDASAN PEMIKIRAN
Dalam perjalanan panjang HMI dalam menggapai pengkaderan terbaik dan mencetak pemikir cerdas yang mampu memberikan solusi dan arah yang jauh lebih baik dari saat ini tak salah kiranya bila saya meminjam pernyataan Jendral soedirman “HMI bukan saja Himpunan Mahasiswa Islam tetapi juga Harapan Masa depan Indonesia” dari pernyataan inilah saya mulai mentercemahkan bahwa perlu adanya perbaikan pola perkaderan dan kurikulum dalam pendidikan (Pengkaderan HMI) demi terciptanya kader terbaik cerdas dan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan Bangsa dan Umat di tanah air ini.
Lembaga ini telah banyak melahirkan cendikiawan yang memiliki pemikiran berlian dan cerdas dalam pembangunan bangsa ini, baik pada Masa penjajahan dengan pergerakannya melawan penjajah dan sampai saat ini pergerakan itu tak dapat di lupakan begitu saja dalam sejarah bangsa ini, namun saat ini mampukah kader HMI ini melakukan hal yang demikian, menjadi solusi di tengah-tengah keterpurukan bangsa. lembaga yang telah berdiri cukup lama dan berusia yang sudah sangat tua ini.
 62 tahun merupakan bilangan usia yang sangat renta, namun mampukah masih lembaga ini mencetak kader cerdas yang dapat memberikan solusi bagi bangsa ? dengan Manajement training yang di miliki saat ini. Atau perlukah adanya perbaikan kedepan mengenai sistem training di HMI guna menggapai mimpi dan harapan bahwa HMI akan mampu mengembalikan kader terbaik yang mampu berdiri ke depan dan memberikan sebuah perubahan dengan pemikiran cerdas dan tindakan.
Sehingga penyusunan Kurikulum training adalah suatu bentuk yang mutlak yang harus di perbaharui agar tercapai intelektualitas yang memadai dalam pencapaian misi HMI  kedepannya.
Dengan demikian harapan bangsa yang di titipkan pada lembaga ini dapat membentuk suatu kultur baru yang homogen yang dapat memberikan solusi cerdas dalam ranah pendidikan yang memadai yang bersumber dari berbagai sumber pengetahuan dan demensi ilmu yang berbeda pula.
Hal ini di karenakan Kader HMI yang berasal dari berbagai demensi ilmu pengetahuan dan wacana pemikiran ynag berbeda sehingga mampu memberikan sumbangan pemikiran yang cerdas dalam penggapaian misi perubahan ke arah kemajuan. Itulah hendaknya harapan kita bersama terhadap lembaga ini.
Di awal berdirinya HMI mampu memberikan solusi bagi bangsa, dan pertanyaan besar bagi kita semua mampukan saat ini HMI menjadi solusi bagi bangsa ini, dan mau kemana arah pengkaderan HMI saat ini??   
  1. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Dalam penulisan Makalah ini, penulis membagi tulisan ini kedalam beberapa Sub judul, agar terlihat jelas adanya perbedaan antara satu kerangka pemikiran dan permasalahan yang ada dalam penulisan makalah ini.
Adapun sistemetika pembahasan makalah ini berupa :
BAB I            : PENDAHULUAN
BAB II                        : PEMBAHASAN
A.    Definisi Pengkaderan HMI
B.     Pengertian Kurikulum Dan Manajement Training
C.     Analisis Pola Pendidikan Dan Problematika Kurikulum Pengkaderan HMI
D.    Solusi Perbaikan Kurikulum dan Manajement Training Pengkaderan HMI
E.     Pola Pengkaderan Baru  Yang Di TawarKan
BAB III          : PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
Hal inilah nanti yang akan penulis paparkan dalam penulisan makalah ini, semoga apa yang penulis nanti kiranya mampu memebrikan sumbangan pemikiran dan perbaikan kurikulum pengkaderan HMI kedepannya.
Hormat Say
BAB II
PEMBAHASAN

  Jangan Harapkan Apa-apa Dari HMI ini Namun Berfikirlah Apa Yang Ingin Kau Berikan Untuk HMI Ini, Karena Dia Hanya Lembaga Mati Yang Hanya Bernyawa Melalui Nafas Kadernya.”[1]

  1. Definisi Pengkaderan HMI
Sebelum kita menelaah lebih jauh makna dari pengkaderan ada baiknya terlebih dahulu kita pahami apa sebenarnya fungsi dari HMI itu sendiri,  menurut pasal 8 AD HMI dikatakan bahwa fungsi HMI adalah Organisasi kader, sehingga selaku organisasi kader selayaknyalah seluruh aktifitas HMI harus memberikan kesempatan kepada pribadi-pribadi kader atyau anggota HMI itu sendiri.
Menurut agus salim sitompul dalam bukunya 44 Indikator kemunduran HMI di katakan bahwa Kader adalah mereka yang memiliki kesediaan untuk berlatih dan mengembangkan kualitas kualitas pribadinya guna menyongsong tugas masa depan umat bangsa indonesia.[2]
Dengan demikian menurut Pedoman pengkaderan, kader HMI adalah anggota HMI yang telah melalui proses pengkaderan sehingga memiliki ciri kader,dan memiliki integritas yang utuh, Beriman,berilmu, dan beramal saleh sehingga siap mengemban tugas dan amanahkehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sementara itu pengkaderan menurut pedoman pengkaderan Himpunan Mahasiswa Islam pada hasil-hasil kongres ke XXV makasar di jelaskan depinisi pengkaderan adalah usaha organisasi yang di laksanakan secara sadar dan sistematis selaras dengan pedoman pengkaderan HMI, sehingga memungkinkan seorang anggota HMI mengaktualisasikan potensinya menjadi seorang kader, Muslim, Intelektual, Profesional yang memiliki kualitas insan cita.[3]
Dengan demikian tampaklah bahwa amanat yang tertuang dalam pola pengkaderan itu sendiri merupakan  pencapaian kader yang intelektual, profesional yang memiliki 5 kualitas insan cita berupa Akademis,pencipta, pengabdi, bernafaskan islam, bertanggung jawab atas terujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi oleh Allah Swt. Dengan demikian di perlukannya kader yang memang siap mencapai 5 kualitas insan cita itu sendiri seperti apa yang telah di tentukan oleh Pasal 4 AD HMI.
Sehingga dapat di simpulkan bahwa Pengkaderan sendiri bertujuan guna kesinambungan organisasi dan pola pembentukan pribadi kader yang integral yang memiliki pemikiran perubahan dengan berlandaskan pada Iman, islam ,Ikhsan. Dan mampu memberikan pengabdian guna mencapai perubahan bagi bangsa dan kaum tertindas. Bukan hanya sebagai kader yang pasrah dan mengikuti arah perjalanan bangsa tanpa mampu memberi makna sebuah pengorbanan dan perubahan.
Dengan fungsinya sebagai organisasi kader, HMI memiliki peran yang sangat penting dalam strategi pembinaan generasi muda pada umumnya baik kader HMI atau bangsa secara keseluruhan dan masyarakat umum baik tua maupun muda secara Nasional. Peran tersebutpun sangat strategis mengingat bahwa HMI merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan/mahasiswa yang dalam sistem nasional merupakan salah satu inprastrutur Negara, dan peran tersebut meliputi :
    • Sebagai wadah Pembinaan, pendidik, Pengkaderan Generasi Muda
    • Sebagai wadah pengekspresian kepentingan dan penyaluran aspirasi
    • Sebagai Lembaga Kontrol Sosial
    • Sebagai agen Perubahan (Agen Of Development)[4]
Untuk itu semua demi perwujudan kembali bahwa HMI merupakan Harapan Masa depan Indonesia, harus adanya sebuah perubahan pola Pengkaderan dan kurikulum yang selama ini di terapkan pada pengkaderan HMI baik pada training formal maupun inpormal di HMI. Hal ini bertujuan guna tercapainya mimpi bersama tersebut dan tercapainya tujuan 5 kualitas insan cita itu sendiri.
           
  1. Pengertian Kurikulum Dan Manajement Training
Kita merupakan kaum pendidik selanjutnya di dunia pendidikan HMI, sering sekali kita mendengar kata-kata kurikulum pendidikan, maka untuk memahami arah makalah ini selanjutnya akan penulis paparkan beberapa definisi kurikulum yang di kemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa Kurikulum berasal dari bahasa inggeris yang kata dasarnya curriculum yang berarti rencana pembelajaran.
Para ahli mengemukakan pengertian kurikulum dalam beberapa pengertian , dalam pandangan klasik kurikulum lebih menekankan kurikulum sebagai perencanaan pembelajaran di suatu sekolah, pelajaran-pelajaran dan materi-materi apa yang harus di pelajari di sekolah. Dan sedikit berbeda dengan pendapat kaum klasik, maka pandangan modren mengatakan kurikulum merupakan suatu pengalaman atau suatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan.[5]
Sementara itu Hamid Hasan dalam bukunya “teori pembelajaran”mengatakan bahwa konsep kurikulum dapat di tinjau dari empat demensi yakni :
o   Kurikulum sebagai suatu ide yang di hasilkan melalui teori-teori dan penelitian dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
o   Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis dan perwujudan dari kurikulum sebagai ide, yang di dalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan,alat-alat dan waktu.
o   Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencanatertulisdalam bentuk prektek pembelajaran.
o   Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensidari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahanperilaku atau kemampuan tertentu dari peserta didik.[6]
Dan menurut Garis-garis besar Pedoman pengajaran (GBPP)  kurikulum di artikan dalam 3 bentuk yakni :
o   Kurikulum sebagai rencana kegiatan pembelajaran dengan artian bahwa kurikulum merupakan perangkat pembelajaran yang telah di paketkan oleh departemen pendidikan.
o   Kurikulum sebagai hasil belajar yang di artikan melalui bentuk prestasi akademik yang termuat dalam laporan belajar ( Rapot) dan biasa di hitung dengan angka-angka.
o   Kurikulum sebagai pengalaman Belajar yakni berupa pengalaman belajar yang berada di bawah tanggung jawab sekolah.
Dalam persfektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat di lihat dalam Undang-undang sistem pendidikan nasioanal No 20 tahun 2003 di nyatakan bahwa Kurikulum ialah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dan pengertian kurikulum pendidikan islam di artikan sebagai landasan yang di gunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya  ke arah tujuan pendidikan yang di inginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental, yang tersusun dalam pembentukan akidah si terdidik dalam kurikulum pendidikan[7]  
Sehingga dapat di katakan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana yang telah di tentukan untuk pencapaian dari tujuan pembelajaran yang dapat di nilai dari perubahan yang terjadi oleh terdidik sebelum mendapatkan transpormasi ilmu dengan sesudah terjadinya transpormasi ilmu dari pendidik ke terdidik.
Sementara itu depinisi Manajement yakni seperangkat proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pemimpin dan pengendalian.[8] Yang bila di kaitkan dengan Manajement pengkaderan meliputi usaha merencanakan,penegakan strategi,dan pengembangan rencana pola pengkaderan, pengorganisasian yang meliputi apa yang harus di kerjakan, bagaimana cara melakukan, dan menjadi pemimpin dalam vorum pembelajaran serta mengendalikan situasi vorum pembelajaran.
Sehingga Training yang di lakukan dapat berhasil dan mencapai tujuan serta sasaran dari pola pembelajaran tersebut yang berdasarkan kurikulum yang telah di tentukan dalam pendidikan dan pembelajaran tersebut.
Bila di kaitkan dengan metode dan kurikulum training yang terdapat di HMI kurikulum di artikan sebagai penggambaran tentang metode training.
Dan adapun Kurikulum Training di HMI berdasarkan jenjang pengkaderan sebagai berikut ,
Latihan Kader I ( Basic Training) Kurikulum meliputi :
  • Sejarah Perjuangan HMI ( Waktu 8 Jam)
  • Konstitusi HMI (waktu 10 Jam)
  • Mission HMI (waktu  8 Jam)
  • Nilai Dasar Perjuangan/NDP ( 14 JAM)
  • Kepemimpinan Dan Manajement Organisasi (8 Jam)
Latihan Kader II ( Intermadiate Training)
  • Teori Perubahan Sosial (Waktu 8 Jam)
  • Pendalaman Mission HmI ( 10 Jam)
  • Pendalaman NDP (Waktu 10 Jam)
  • Kepemimpinan Dan Manajement Organisasi ( Waktu 8 Jam)
Latihan Kader III (Advance Training)
  • Pendalaman NDP ( 12 Jam)
  • Pendalaman Mission HMI ( Waktu 12 Jam)
  • Kepemimpinan Manajement Organisasi ( 10 Jam)
  • Wawasan Internasioanal (waktu 10 Jam)
Berdasarkan pedoman pengkaderan HMI tahun 1983 pedoman pengkaderan di artikan dengan upaya mengaktualisasikan dan mengembangkan potensi mahasiswa yang manusiawi para anggota HMI sesuai dengan ajaran islam dalam rangka peningkatan kualitas dirinya menjadi kader yang memiliki kemampuan serta kesediaan menghayati, mengamalkan,dan mengembangkannya dalam kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan, dengan buktiu nyata peningkatan sikap, pengetahuaan dan keterampilan secara menyeluruh dalam rangka menghadirkan ke khalifahan menjadi Rahmat bagi lingkungannya.
Dan pada akhirnya tujuan dari pengkaderan meliputi ;
  • Tujuan organisasi yakni insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di Ridhoi oleh Allah SWT.
  • Tujuan pengkaderan ialah terbinanya insan akademis yang memiliki kepribadian utuh, baik penghayatan iman, kemampuan ilmiah, serta amaliyah, sehingga mampu mengemban amanah dalam kehidupan beragama.
  • Tujuan Kurikulum Pengkaderan yakni rumusan yang hendak di capai dalam bidang pengetahuan, penghayatan dan keterampilan sebagaimana tercermin dalam missi HMI
  • Tujuan pengajaran yakni berupa mampu membantu dan mengerahkan anggota untuk memperoleh menguasai dan sanggup menggunakan pengetahuaan serta memiliki kesadaraan dan kebijak sanaan.
  1. Analisis Pola Pendidikan Dan Problematika Kurikulum Pengkaderan HMI
Saat kita ingin menganalisis pola pendidikan tentu kita harus memahami benar metode yang di gunakan dalam pengkaderan pada lembaga ini (HMI). pada dasarnya training yang ada pada lembaga ini di bagi pada dua jenis yakni Training Fomal merupakan training berjenjang yang di lakukan oleh anggota (LK 1, LK 2, Lk 3), Dan training non formal berupa training yang di lakukan dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan propesionalisme kepemimpian serta ke organisasian anggota ( Pelatihan Instruktur, Latihan Khusus Kohati, Up-Grading, DST)[9]
Dan biasanya pula pola yang di bangun dalam pendidikan atau pelatihan yang di lakukan HMI hanya menggunakan metode ceramah dan diskusi dan sedikitnya waktu yang di berikan terhadap calon kader untuk Rehat, padahal para pengelola paham benar jika si terdidik atau kader dalam keadaan tidak Fiet maka tingkat pemahaman terhadap pesan-peasan yang disampaikan tidak akan terterima dengan maksimal. sehinggga hal ini bila di tinjau dari tingkat kebijakan metode kurang lah layak untuk di pergunakan lagi, hal ini di sebabkan peserta didik tidak dapat memahami pesan/pelajaran yang disampaikan,kemudian penyampaian pesan oleh  si pendidik juga terkadang tidak siap untuk menjadi si pendidik karena keterbatasan pengetahuan dan lemahnya mental yang beranggapan bahwa kader merupakan objek yang harus di tuangi pemahaman tanpa harus di pahami apa yang mereka butuhkan.
 Sehingga si terdidik berada pada posisi pasif hanya berfungsi sebagai penerima informasi dan menyerap apa yang di dengar tanpa terlibat aktif dalam pola pembelajaran tersebut. Sehingga peran peserta didik/kader di sini hanya sebagai pengatur suatu proses yang berlangsung secara sepontan dan menganggap bahwa informasi yang di terima adalah benar.
Dengan demikian perlu adanya sebuah perubahan pola yang menuju pada muatan kurikulum baru yang di anggap perlu dan merupakan kebutuhan primer bagi para calon kader dan si pendidik sendiri yakni berupa metode peletakan antara guru (pengelola/pendidik) yang mengawasi dan mendampingi perkembangan kader di dalam vorum. dan calon kader berada pada posisi tawar yang sama yakni antara keduanya merupakan subjek dalam pendidikan dengan membuang sikap ego yang ada pada diri si pendidik. Membuang otoritarianisme serta anggapan bahwa si calon pesarta tidak tau apa-apa, sehingga keduanya mampu membenahi pandangan yang keliru terhadap realitas yang ada, dan dunia merupakan sumber kajian bersama dengan demensi pemahaman yang berbeda dan di selesaikan permasalahannya dalam diskusi pembelajaran dan media yang di diskusikan.

  1. Solusi Perbaikan Kurikulum dan Manajement Training Pengkaderan HMI
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan adalah pengentasan buta aksara, dan pendidikan disini dapat di artikan sebagai pembelajaran. Seperti yang di ungkapkan oleh Lester D crow dalam terjemahan mulyasa (2005) di katakan belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan pengetahuan,dan sikap, seoarang mengalami proses belajar kalau ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan tidak bisa menjadi bisa dari kurang baik menjadi baik.[10]
Sehingga belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dan persepsi dan prilaku, termasuk juga perbaikan perilaku. Misalnya Saat seorang kader belum memasuki vorum belajar LKI  tidak memiliki loyalitas dan hanya sedikitnya pengetahuan tentang HMI dan pengkaderan yang di miliki, maka di harapkan setelah ia selesai dari Vorum LkI si kader memiliki tingkat loyalitas dan pemahan akan fungsi dan perannya sebagai Insan akademisi, dan fungsi, hak serta tanggung jawabnya kepada organisasi bangsa dan negara.
Sehingga dalam konsep ini Pendidik berfungsi sebagai memberi pengalaman belajar yang tepat bagi peserta latihan kader, baik LKI,LK 2 Maupun LK 3. Pengembangan kemampuan menganalisis, membuat hipotesa, dan menguji pengalaman sehari-hari berdasarkan pengalaman yang terjadi dan hal lain yang berkaitan dengannya. 
  Kategori Belajar meliputi :
  • Keterampilan sensori motor yakni tindakan yang bersifat otomatis
  • Belajar asosiasi kemmapuan menghubungkan urutan kata-kata secara sistematis
  • Keterampilan pengamatan motoritas
  • Konseptual Yakni berupa gambaran mental secara umum dan abstrak tentang berbagai situasi dan kondisi.
  • Dan memecahkan masalah
Dan di dukung pola dengan pengetahuan bahwa adanya empat pilar belajar berupa :
  • Learning to know[11]
Learning to know adalah suatu proses pembelajaran yang memungkinkan para peserta didik menghayati dan akhirnya dapat merasakan dan dapat menerapkan cara memperoleh pengetahuan, suatu proses yang memungkinkan tertanamny sikap ilmiah, yaitu sikap ingin tahu dan selanjutnya menimbulkan rasa mampu untuk selalu memberikan jawaban atas masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terus majunya Iptek didunia Barat, tempat lahirnya ilmu pengetahuan modern, tidak lain karena peserta didik dinegara-negara tersebut dapat menghayati proses pembelajaran sampai tingkat “joy of discovery”. Jelas, bahwa untuk dapat menciptakan proses pembelajaran sampai tingkatan ini, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, pendidik profesional, sistem evaluasi terus menerus, komprehensif dan objektif, serta sarana yang demokratis.
Sarana terakhir dari penerapan pilar “learning to know” adalah lahirnya suatu generasi yang mampu mendukung perkembangan Iptek, yang menjadikan Iptek sebagai bagian kebudayaannya. Karena bagi mereka yang menjadikan Iptek sebagai bagian kebudayaan “science” adalah wujud berfikir yang paling canggih.
Pada learning to know ini tekandung makna bagimana belajar. Dalam hal ini  ada tiga aspek: apa yang dipelajari, bagaimana caranya, siapa yang belajar.
  • Learning to do
Sasaran akhir dari diterapkannya pilar ini adalah lahirnya generasi muda yang dapat bekerja secara cerdas dan memandang Iptek. Tujuan akhir dari upaya pendidikan adalah penguasaan seni menggunakan ilmu pengetahuan. Ini sangat relevan dalam “technology based economy,” suatu masyarakat yang tenaga kerjanya tidak cukup hanya menguasai keterampilan motorik yang mekanistik, tetapi dituntut kemampuan untuk melaksanakan pekerjaaan-pekerjaan seperti “contoling, monitoring, maintaining, designing, dan organizing.”.
Dalam kaitan ini pemahaman tentang pilar ini, pada jenjang pendidikan harus memungkinkan peserta didik dalam proses pembelajaran sampai tingkatan penggunaan berbagai konsep, prinsip, atau hukum untuk memecahkan masalah yang konkret.
  • Learning to live together
Pendidikan tidak hanya membekali ganerasi muda untuk menguasai Iptek dan kemampuan bekerja serta memecahkan masalah, melainkan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, pengertian, dan tanda prasangka.
Dalam kaitan ini adalah tugas pendidikan untuk pada saat bersamaan setiap peserta didik memperoleh pengetahuan dan memiliki kesadaran bahwa hakikat manusia adalah beragam, tetapi dalam keragaman tersebut terdapat persamaan. Belajar ini ditekankan seseorang atau pihak yang belajar mampu hidup bersama, dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu berinteraksi dengan orang lain secara harmonis.
  • Learning to be
Belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal. Setiap individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Dengan lerning to do seseorang akan mengenal jati diri, memahami kemampuan dan kelemahannya dengan kompetensi-kompetensinya akan membangun pribadi yang utuh.
            Dan perlu di pahami bahwa perbaikan yang dilakukan untuk kurikulum dan management di sini adalah perbaiakan pola waktu dan pengaturan kembali secara sistematis dan efektifitas(kesesuaian) kelayakan sebuah pembelajaran di lakukan dengan memperhatiakan beberapa ketentuan: Waktu, Tenaga (Pendidik dan Si terdidik), Fasilitas dan metode yang di gunakan dalam kurikulum  dan management pengkaderan HMI. agar menghasilkan kader yang militan, akademis dengan pembuktian keintelektualan dan pemahaman terhadap gejala sosial dan realita sosial yang ada.
Sehingga pada akhirnya dapat tercapainya 5 kualitas insan cita berupa:
  • Kualitas Insan akademis (Terdiri dari 3 Ayat)
  • Kualitas insan pencipta, insan akademis pencipta (Terdiri dari 3 Ayat)
  • Kualitan Insan Pengabdi, insan, Akademis, Pencipta, Pengabdi (Terdiri dari 3 ayat)
  • Kualitas insan yang bernafaskan islam, insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam (terdiri dari 2 ayat).
  • Kualitas insan yang bertanggung jawab atas teruwujudnya masyarakat yang di ridhoi oleh Allah Swt (Terdiri dari 6 Ayat)[12].
Kelima kualitas insan cita ini pada dasarnya telah tercapai pada setiap indipidu HMI namun di karena perkaderan HMI yang terus menerus dan berkesinambungan maka di perliukanlah tetap kiranya perkaderan yang lebih baik agar kualitas kader selanjutnya juga jauh lebih baik.
  1. Pola Pengkaderan Baru  Yang Di TawarKan
Dengan tidak bermaksud lanjang dan menggurui dalam penulisan makalah ini saya mencoba menawarkan kepada seluruh kawan-kawan sebuah design baru yang telah sejak lama saya rancang dan saya fikirkan berdasar pengamatan saya selama ini pada kondisi real di lapangan, dengan melihat kondisi objektif adek-adek dan rekan-rekan yang setelah keluar dari LK1 maupun Training lain sejenis malah kehilangan giroh ber HMI, apa sebenarnya terjadi pada pengkaderan HMI saat ini ?
Sebenarnya kita memang harus memiliki perhatian yang ekstyra ketat pada Training Formal di HMI ini dan terkhusus LK1.
Pertama Masih di sadari ataupun tidak di akui ataupun telah terlupakan bahwa HMI ini bersifat independen (Pasal 6 AD HMI) sehingga dan selayaknya pulalah selaku kader HMI, baik hanya sebagai anggota biasa maupun calon instruktur kita menyadari hal ini, untuk itu kedepannya saya berharap kita kembali menjiwai sifat ini dalam ruang gerak kita. Dengan bukti kongkrit dalam pertereningan tidak pernah memandang siapa calon peserta yang akan kita terening tapi bagaimana motivasinya berHMI. Agar terciptanya pemerataan kader. Tidak ada kepentingan pribadi di dalamnya ataupun kepentingan golongan.
Kedua, Di harapkan kepada calon kader yang akan mengikuti jenjang training di HMI terlebih dahulu melakukan pelatihan Pra LK1 yang di lakukan berkesinambungan, bukan saja ketika akan mengikuti LK1, dengan pengurus komisariat atau instruktur yang berada pada komisariat masing-masing untuk memberikan stimulus kepada mereka tentang berHMI dan apa tujuan berHMI,beraktifitas kedepannya setelah menjadi anggota biasa HMI, ini bertujuan agar para kader HMI yang akan LK1 tahu benar apa dan bagaimana dia selanjutnya berHMI pada komisariat masing-masing.
Ketiga, Karena adanya Pendidikan Pra LK 1 di komisariat yang di lakukan secara berkesinambungan, untuk itu mutlak kiranya dan relevan pula jika adanya Rekomendasi dari komisariat kepada para instruktur yang mengintervieu calon peserta LK 1, Hal ini bertujuan agar Instruktur tahu bahwa calon kader tersebut benar memiliki militansi yang tinggi untuk HMI, yang di buktikan dengan Akademis (paling tidak Ip Tidak Nasakom), Intelektual dan mampu mengabdi pada komisariat dengan cara aktif dan memberikan sumbangan pemikiran, maupun hal lain pada komisariat masing-masing.
Ke Empat,Hendaknya dalam vorum-vorum LK 1 lebih di tanamkan kembali rasa memiliki dan militansi kepada HMI, pengabdian dan proses panjang agar menciptakan kader-kader yang loyal dan berdidikasi kepada HMI, dengan cara dalam diskusi-diskusi setelah pemateri selesai menyampaikan materi hendaknya si Instruktur mengajak peserta untuk ber interaktif dan berdiskusi tentang apa yang akan mereka lakukan setelah keluar dari Vorum Lk1 dan bagaimana kedepannya mereka melakukan perubahan di HMI ini, bukan hanya pasif dan berserah pada keadaan, dan mengikuti alur cerita yang sudah ada.
Ke lima, Materi yang di sampaikan dalam vorum lk1 hendaknya lebih menanamkan kembali Etika islam, Filsafat Islam, dasar Fiqih,Kepemimpinan Rasululah dan management organisasi dalam islam dan mensesuaikan kembali segala sesuatunya dengan tuntunan Qur`ani dan hadist bukan malah sengajak meninggalkan konteks itu, lalu hendaknya kepada instruktur yang selalu mengikuti perkembangan peserta didik atau kader dalam diskusi-diskusinya lebih menitik beratkan pada diskusi-diskusi demikian, bukan malah hanya pada kondisi kebangsaan saja, tapi paling tidak adanya kondisi berimbang.
Ke Enam, Setelah peserta di nyatakan lulus dan di kembalikan pada komisariat masing-masing maka hendaknya ada sebuah polo Up pada komisariat masing-masing, agar kader yang telah selesai LK1 dan telah di nyatakan sebagai kader atau anggota biasa lebih merasakan memiliki hmi dan komisariatnya, dengan bukti berproses dan ikut aktif dalam seluruh kegiatan komisariat. Serta mendidik dan mengajari mereka agar mau mengikuti jenjang training selanjutnya di HMI agar tercapai kualitas kader yang tangguh dan selesainya jenjang pengkaderan LK1, LK2, LK3 dan pelatihan non formal lain. Agar terciptanya pemerataan kesempatan untuk peserta mengikuti pelatihan yang ada di HMI.
Selanjutnya untuk vorum LK2 dan Lk3, aku fikir hany atinggal meningkatkan pemahaman saja karena vorum itu hanya penciptaan kader yang mampu menjadi pemimpin dan konseptor kedepannya sehingga hanya perlu untuk meningkatkan kesadaran bahwa mereka adalah calon pemimpin bangsa ini kedepannya. Dan memiliki intekritas yang lebih di bandingkan anggota biasa lain yang masih LK 1,
Dengan demikian aku harapkan adanya pola pengkaderan yang sinergis dan adanya militansi yang tinggi para kader kepada HMI ini, bukan saja dalam ber aktifitas namiun menjiwai dalam ruang gerak dan perbuatan bahwa HMI adalah organisasi yang islami yang di buktikan dengan perilaku kadernya yang menjadikan islam sebagai kepercayaan dan bukan hanya sebagai status di KTP dan azas saja. Namun lebih dari itu yakni mampu menjadikan Islam sebagai jiwa kehidup dan beraktifitas.dengan pembuktian dalam ruang gerak kader selalu mengimplementasikan Islam sebagai pondasi awal pergerakan dan pemikiran yang berasalkan dari alqur`an dan Hadist.




















BAB III
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa aperlu adanya pola perbaikan dalam pengkaderan HMI demi pencapaian tujuan dan misi bersama yakni menjadaikan HMI sebagai solusi terhadap pilihan-pilihan masalah yang tengah di hadapi bangsa, yang hal tersebut bertujuan menciptakan kader yang militansi, akademis dan seperti apa yang telah di amanatkan oleh pasal 4 AD HMI.
Dengan melakukan perubahan berupa peletakan kesamaan tujuan yakni antara pendidik dan si terdidik merupakan subjek dalam pendidikan dengan membuang sikap ego yang ada pada diri si pendidik. Membuang otoritarianisme serta anggapan bahwa si calon pesarta tidak tau apa-apa, sehingga keduanya mampu membenahi pandangan yang keliru terhadap realitas yang ada, dan dunia merupakan sumber kajian bersama dengan demensi pemahaman yang berbeda dan di selesaikan permasalahannya dalam diskusi pembelajaran dan media yang di diskusikan.
  1. SARAN
Di harapkan pada kongres berikutnya adanya suatu perumusan yang baru mengenai konsep penyadaran peserta didik yang di tuangkan dalam Draf baku berupa pedoman pengkaderan, dan adanya kesadaran bahwa calon pesarta adalah manusia yang juga memiliki informasi yang akan di sampaikan, serta si terdidik juga memiliki sikap manusiawi yang memiliki kebutuhan, mereka merupakan mitra bukan sekelompok kaum yang bersedia menabung dan menyimpan apa yang pendidik sampaikan pendidiknya.
      Dan adanya Pola pengkaderan yang baru yang dapat enciptakan kader unggul yang memiliki ciri berbeda dari organisasi mahasiswa lainnya.




DAFTAR BACAAN

Prof. Dr Agus salim Sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI,Misaka Galiza,jakarta: 2005

Konstitusi, Hasil-hasil kongres XXV Himpunan Mahasiswa Islam , Makasar:2006

Ramli HM.Yusuf, 50 tahun HMI mengabdi ,Republika.

www. Akhmad sudrajat.com, Minggu 5 April 2009

Hamid Hasan dalam bukunya “teori pembelajaran” Jakarta : 2000

Prof. dr. Syamsul Nizar,Sejarah Pendidikan Islam, kencana,jakarta:2008

Mulyasa,Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: 2003

Kanandar SPD, Guru profesional, Raja Grafindo,jakarta: 2007

      Hasil sidang Pembuatan pedoman pengkaderan HMI tahun 1983 badan pengelola latihan Surabaya















CURIKULUM VITAE

Nama                                       :           Tuti Rosmalina
Tempat tanggal lahir              :           Tanjung pura 07 Desember 1986
Alamat                                                :           Jalan Perjuangan Medan

Jenjang Training Di HMI
MOP                                       :           komisariat syariah         Tahun 2005
LK1                                         :           Cabang Kisaran             Tahun 2007
LK2                                         :           Cabang Batam              Tahun 2008
LKK                                        :           Kohati Cabang Medan  Tahun 2008

Jenjang Pendidikan              :
SDN No 10 Tanjung Pura                   :           Tahun Tamat  1999
SMP Mts Stai Jamaiyah                      :           Tahun Tamat 2003
MAN-2 Tanjung Pura                         :           Tahun Tamat 2005
Perguruan Tinggi IAIN- SU               :           Tahun Tamat  2009 (Insya Allah)

Pengalaman Berorganisasi Di HMI
Kabid Eksternal Kohati HMI Komisariat syariah        Tahun 2006-2007
Wabendum HMI Komisariat syariah                            Tahun 2006-2007
Wasekum Internal KOHATI HMI Cabang Medan      Tahun 2007-2008
Kabid Eksternal KOHATI HMI Cabang Medan         Tahun 2007-2008

Moto Hidup    :           Hidup adalah kumpulan masalah dan pilihan

                                                                                                Hormat Saya

                                                                                                Tuti Rosmalina
                                                                                    Kabid Eksternal KHI camed


[1] Toetie, Kabid Eksternal KOHATI HMI cabang Medan Preode 2007-2008
[2] Prof. Dr Agus salim Sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI,Misaka Galiza,jakarta: 2005 h 12
[3] Hasil-hasil kongres XXV Himpunan Mahasiswa Islam , Makasar:2006 h 183
[4] Ramli HM.Yusuf, 50 tahun HMI mengabdi ,Republika, h 23
[5] www. Akhmad sudrajat.com, Minggu 5 April 2009
[6] Hamid Hasan dalam bukunya “teori pembelajaran” Jakarta : 2000 h 9
[7] Prof. dr. Syamsul Nizar,Sejarah Pendidikan Islam, kencana,jakarta:2008 h 126
[8] Stephen P.Robbins,prilaku Organisasi, Indeks Kelompok Gramedia, jakarta:2003 h 7
[9] Lihat BAB III Pola Dasar Training, Konstitusi HMI
[10] Mulyasa,Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: 2003 h 32
[11] Kanandar SPD, Guru profesional, Raja Grafindo,jakarta: 2007 h 325-326
[12] Lihat Tafsir Tujuan HMI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar